Salam Sayap Aquila
Kali ini aku akan bercerita tentang
sudut pandangku terhadap esbuah propesi yang nantinya akan kujalani. Yaitu menjadi
seorang “Pengajar” atau Guru. Saat ini aku mahasiswa semester 4 PGSD UNLAM
UPP Banjarbaru. Dan otomatis setelah lulus nanti menyandang gelar “S.Pd” dan
InsyaAllah nantinya bisa menjadi seorang pengajar.
Sebenarnya banyak yang memandangku
sebelah mata mendengar bahwa aku kuliah disana. Dikarenakan mereka menganggap
aku terlalu pendiam. “Kayapa ikam mun jadi guru, bepander ja kada tapi bisa ?”.
Itu pertanyaan yang selalu ku dengar ketika aku menyebutkan tempat ku
mengenakan Almamater. Ertanyaan tersebut dalam bahasa Banjar kalau di
Indonesiakan kira-kira artinya “Bagaimana kamu kalau nanti jadi guru, ngomong saja
tidak begitu bisa”. Kata yang sering terdengar justru dari keluargaku sendiri. Ada
juga yang menyayangkan hal itu karna tidak sesuai dengan jalur jurusan yang ku
ambil semasa SMK.
Ya, aku lulusan salah satu SMK swasta di Banjarbaru, SMK YPK (Yayasan
Pendidikan Kejuruan) sekolah yang pernah berjaya dimasanya bahkan dulunya
merupakan satu-satunya sekolah kejuruan yagn terdapat di Kalimantan Selatan,
bahkan ada juga menyebutkan sebagai sekolah kejuruan pertama di pulau Borneo. Disana
aku mengambil jurusan listrik, jujur saja itu atas kemauan Kakek ku yang
seorang pensiunan PLN. Selama tiga tahun disana aku merasa jiwaku tak disana.
Walaupun Alm.Bapak ku seorang instalatir listrik, dan peralatan-peralatannya sudah sering ku lihat,
tapi jujur aku sama sekali tidak mengetahui fungsi dari alat-alat itu. Dan ketika
aku di YPK lah aku baru memahami fungsi dari alat-alat tersebut. Tak sedikitpun
Aml.Bapak membimbingku untuk menekuni hal tersebut, mungkin benar kata
orang-orang kalau orang tua kita tau apa yang terbaik buat anaknya. Dan itu
benar, saat aku kelas dua, beliau sudah merencanakan agar nantinya ketika aku
lulus aku akan di kuliahkan dan mengambil jurusan FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan).
Akhirnya pengumuman kelulusan, dan aku lulus, hore. Beberapa hari
kemudian aku baru mngetahui hasil nilai ku. Sbelumnya aku sudah mendapat
bocoran kalau nilai ujian praktik kejuruan ku berada di posisi 3 besar. Tapi aku
tak percaya, bagaiman mungkin aku bisa ada di posisi tersebut sementara aku tau
kelemahan ku disana. Dan ketika ku lihat betapa terkejutnya aku, nilai yang tertera
di selembar kertas itu menunjukan nilai ku yang nyaris sempurna.
Tapi, walaupun nilai kejuruan ku tinggi aku tetap menjutkan
unutuk keluar dari jalur tersebut dan mencoba mendaftar. Hari itu aku pergi ke
Banjarmasin untuk mendaftar masuk PGSD. Tak kusangka ternyata awal pendaftaran
saja kami sudah haru dites wawancara oleh beberapa dosen. Beberapa hari
kemudian tes tertulis diadakan di kampus FKIP II Unlam. Aku merasa minder,
karna aku melihat semuanya begitu serius sementara aku, tak ada persiapan sama
sekali. Aku bertemu kembali beberpa teman yang sudah lama tak kulihat sejak
peroisahan SMP. Bahkan teman SD ku jiga ada disana. Semua begitu antusias saat
membahas soal yang mereka jawab seusai tes. Aku hanya diam, karna aku merasa
aku yang paling tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk itu semua.
Tiba saat pengumuman. Pengumuman di tayangkan secara Online di
website pribadi PGSD. Dengan tidak berharap banyak aku memasukan nomer
peendaftaranku, dan kemudian ku tekan “Enter”. Dan muncul nama aku disana dan
Alahamduliilah dengan tak percaya aku melihat tulisan “Lulus”. Semenjak itu
semangatku mulai tumbuh.
Sampai sekarang aku di Semester 4, banyak ilmu yang sudah
kudapat. Ilmu mengenai bagaimana cara melakukan pengajaran murid, model-model
pembelajaran yang bisa di gunakan agar para murid tidak jenuh dalam
pembelajaran.
Lalu pertanyaannya, mengapa aku ingin menjadi guru?
Jawabnya banyak, 1, aku ingin menjalankan amanah dari
Alm.bapak, ke-2, aku ingat perkataan dari guruku waktu SMP, alasan beliau
adalah karena setiap orang muslim berdoa selalu ada kalimat “ ampuni dosa kedua
orang tuaku, bapak ibu guru.....” semakin banyak murid yang kita didik, maka
semakin banyak pula yang mendoakan dosa kita supaya di ampuni, begitu kata
beliau, dan itu yang menjadi alasan keduaku. Alasan ke-3 ku bukan karna gajih
sebesar 3jtan. Tapi gajih yang terbesar bagi ku adalah melihat para peserta
didikku nantinya dari tidak bisa apa-apa menjadi bisa, dari A menjadi B,itu
bagiku merupakan gajih yang tak mungkin tergantikan oleh uang sebesar apapun.
Terkadang aku berpikir, apakah nantinya aku benar-benar bisa
seperti itu, guru yang tidak memandang dari materi. Ya semoga saja aku
benar-benar bisa menepati janjiku itu. Masih ada alasan ke-4, yaitu aku mau
menunjukan kepada mereka yang memandang ku sebelah mata bahwa kau bisa.
Aku punya mimpi, punya suatu tempat dimana aku bisa mengajar
anak-anak yang kurang beruntung untuk menikmati bangku sekolah. Terlalu tinggikah
mimpiku, atau terlalu sok sosialkah mimpiku, terserahlah kalian menilai ku,
tapi aku menginginkan itu bisa benar-benar terwujud. Amin.
Em.. Mungkin cukup disini dulu goresan Sayap Aquila, semoga
bisa menginspirasi kalian untuk menemukan jalur pendidikan yang sesuai dengan
minat kalian. Dan doakan juga Aquila yang tak punya sayap ini, suatu hari nanti
bisa terbang tinggi membawa anak-anak indonesia meraih mimpi mereka.
Salam Sayap Aquila...
0 komentar:
Posting Komentar