Pages

Minggu, 14 April 2013

Wadai Untuk



          Salam Sayap Aquila.....
          Siapa sih yang ga suka sama kue?? Kue apapun itu aku yakin semua orang pasti menyukainya. Dari yang manis, gurih, sampai beraneka rasa lainnya. Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula kue-kue yang di jajakan di masyarakt. Mulai ari kue-kue kaki lima, sampai sekarang kue-kue juga menghiasi etalase toko-toko besar di pusat-pusat perbelanjaan.
          Dan kali ini aku akan memberikan informasi, atau lebih tepatnya bercerita mengenai salah satu kue khas dari Kal-Sel yang sangat aku paforitkan. “Untuk-Untuk” begitu kue berbentuk bundar ini dinamai, memang nama yang unik bukan. Entah kenapa kue ini diberi nama seperti itu, aku belum sempat mencari tau sih, hehehe. Sekilas bentuk kue ini sebenarnya tidak menarik sama sekali. Dengan tampilan luar berwarna coklat akibat dari proses penggorengan. Kue ini memiliki tekstur hampir sama seperti roti-roti pada umumnya, proses pembuatannya pun mungkin tidak jauh berbeda. Cuman proses pemasakannya lah yang sedikit berbeda. Kalau roti pada umumnya di panggang, nah kalu kue untuk ini di masak dengan digoreng. Sehingga memiliki tekstur luar yang lumayan garing.
Nah, kue ini memiliki beberapa varian, yang pertama adalah untuk yang dalamnya tanpa isi, yang kedua untuk yang berisi inti (kelapa parut yang dimasak dengan gula merah), yang ketiga ada untuk yang berisi kacang hijau yang diolag sedemikian rupa, nah untuk “untuk” yang berisi kacanh hijau ini biasnya bagian luarnya di beri taburan wijen sebagai tanda bahwa isinya adalah kacang hijau, yang ke empat ada untuk yang berisi pisang, untuk yang satu ini memiliki bentuk yang berbeda dari untuk yang lainnya. Karena bentuknya lebih memanjang (lonjong) karena mengikuti bentuk isinya pisang yang memanjang. Nah yang terakhir ada untuk putih, untuk yang satu ini dari cara pengolahannya berbeda dengan untuk yang di goreng, karena untuk ini di proses dengan cara di kukus. Untuk putih ini berisikan inti yaitu sama seperti yang telah aku jelasin di atas tadi. Hehe.


Kue untuk atau dalam bahasa banjarnya wadai untuk merupakan kue yang biasnya dinikmati saat pagi hari. Dan warga banjar punya cara sendiri untuk menikmati kue ini. Biasanya wadai ini dimakan ditemani oleh teh hangat. Dan cara khas orang banjar memakan kue ini adalah dengan cara mencelupkan kue ini kedalam teh tersebut. Tapi untuk cara makan yang seperti itu sih menurut aku lebih nikmat untuk jenis untuk yang tanpa isi. Karena kalau untuk yang pakai isi biasnya isinya ikut tenggelam kedalam teh, walaupun sebenarnya ssama-sama enak sih. Hehehe.
Berbiara mengenai wadai untuk ini aku jadi ingat masa kecilku. Dulu waktu aku masih kecil setiap paginya ada penjaja kue ini, sebenarnya ga cuman kue untuk yang mereka jual tapi berbagai kue jajanan yang nikmat untuk dinikmati saat pagi hari. Tapi aku lebih tertarik sama wadai untuk. Yang spesial bukan dari kuenya, tapi yang menjualnyalah yang spesial menurut aku. Karena penjualnya masih anak-anak, saat itu banyak anak-anak yang menjalani propesi seperti itu. Saat pagi menjelang, mereka suadah tiba di gang rumah ku sambil meneriakan kata “Yuy... Wadai-wadai”. Ya itulah kata yang mereka ucapakan saat menjajakan dagangan mereka dengan sebuah wadah yang diletakan diatas kepala mereka. “Anang” dan “Aluh” beegitulah mereka dipanggil. Itu bukan nama mereka. Tapi itu merupakan nama panggilan untuk anak laki-laki dan perempuan. “Anang” untuk laki-laki, dan “Aluh” untuk perempuan.
Tapi sekarang sudah tidak pernah aku temukan lagi anak-anak yang berjualan seperti itu di lingkungan rumah ku. Entah sekarang semakin banyaknya warga yang yang sudah mapan sehingga tidak perlu memperkerjakan anak-anak mereka, atau sebenarnya anak-anak sekarang males dan malu untuk membantu orangtuanya. Entahlah, aku ga mau mengambil kesimpulan seperti apa pun. Hehe
Dulu aku pernah membaca di salah satu media cetak lokal yang kebetulan juga membahas mengenai wadai yang satu ini, dan di sana mengatakan bahwa di balik wadai yang satu ini terdapat sebuah filosofi yang bisa kita pelajari. Kue wadai untuk yang belum dimasak itu bisa dianggap adalah sebagai diri ini, berwarna putih bersih. Kemudian digoreng dalam minyak panas dan ini diibaratkan sebagai perjalanan hidup kita, disini kue mentah ini di olah supaya matang dan bisa kita nikmati. Dan setelah matang dapat dilihat bahwa permukaan untuk berubah menjadi kecoklatan. Tapi ketika di belah bagian dalam kue ini tetap berwarna putih. Jadi filosofi dari kue ini yang bisa kita pelajari adalah, bahwa kita semua terlahir dalam keadaan putih bersih, setelah itu kita menjalanni kehidupan yang begitu sulit untuk kita hadapi, yang merubah bentuk fisik kita, bentuk wajah kita, warna kulit kita, tapi bagian dalam diri kita tetap putih bersih. Ya kurang lebig seperti itulah yang ku baca dari artikel tersebut. Jadi sekeras apapun perjalanan hidup kita jangan sampai memberi perubahan pada diri kita yang telah terlahir bersih, cukup bagian luar diri kita saja yang mengalami perubahan. Bagaimana cukup meng inspirasi kan?
Ya, kira-kira seperti itulah “wadai” khas dari daerah ku, semoga bisa menambah daya tarik kalian untuk bisa mampir nantinya ke darah asal ku ini. Dan bisa menikamati wadai yang ku ceritakan tadi. Dan untuk wadai yang satu ini aku berharap supaya tidak punah dimakan zaman. Dan para ahli pewadaian Kalimanta selatan untuk bisa lebih kreatif menghasilkan varian-varian wadai untuk yang lain sehingga bisa menjadi buah tangan yang dapat memperkenalkan lagi Kal-Sel ke lebih banyak orang yang ada di Indonesia. Mungkin kami harus bercermin dari kota-kota besar lain yang bisa memamfaatkan kue khasnya sebagai buah tangan yang semakin membesarkan nama daerahnya. Kembal disini aku berharap. Hehe....
Sampai disini dulu ya goresan sayap Aquila, semoga bisa menambah daya tarik kalian terhadap daerah kelahiran  ku ini.
Salam Sayap Aquila.....
Read more...

Rabu, 10 April 2013

"Lupakan"



          Kehidupan itu dinamis yang selalu beruabah begitu katanya. Dan kata-kata tersebut menyadarkanku dari pikiran ku yang tidak-tidak ini. Awalnya aku berpikir perubahan itu terjadi hanya pada ku saja yang membuat kita semakin merenggang. Tapi merekapun juga berubah, karena memang semua yang berubah, dan seharusnya dari dulu aku sudah siap dengan perubahan yang sekarang terjadi ini. Tak perlu lagi aku selalu menyalahkan diriku, karena merekapun juga bersalah. “Egois” kah diri ku ini ?
          Aku merindukan masa-masa dimana kami bisa bersama-sama lagi. Masa yang paling berharga bagiku. Entah bagi mereka. Ingin kembali ku raih tangan mereka, tapi tangan mereka seolah tak meraih kembali tanganku. Aku berusaha bersikap senormal mungkin, sebiasa mungkin sebagaimama aku biasanya. Tapi justru tak ku dapati mereka yang biasanya. Berada diposisi yang serba salah !
          Mungkin dari awal aku sudah salah terlalu akrab dengan mereka. Segarusnya aku bisa akrab dengan siapa saja. Dan itu yang sekarang aku lakukan. Aku masih banyak punya teman yang lain, kekuatan dari teman tak kalah dahyat dari kekuatan seorang sahabat. Benarkah pola pikir ku tersebut ?
          “PelangiWara” sekarang mungkin tak ada lagi. Warna-warni tersebut tak lagi indah. Justru membuat suasana memanas yang terselubung. Semuanya yang bersalah, yang mengakibatkan hal ini semua terjadi. Tak adanya rasa menghargai satu sama lain, tak ada rasa sensitif terhadap satu sama lain, itu yang terjadi. Aku selalu mencoba untuk bisa menghargai mereka, menempatkan ku dimana posisiku seharusnya. Tapi aku tak pernah merasa mereka hargai. Suaraku seolah tak ada dihadapan mereka.
          Kelas ini menjadi tempat ternyaman ku dulunya, tapi sekarang aku sudah tidak merasa nyaman di disini. Itu sebabnya aku sering langsung pulang seusai jam kuliah berakhir. Tanpa ada percakapan panjang lebar lagi dengan mereka seusai jam kuliah berakhir. Aku benar-benar bingung, disaat aku bersikap sebiasa mungkin tapi mereka yang bersikap aneh terhadap aku. Dan itu membuatku drop. Itu awal mula permasalahan ini.
Tak diinginkan, tak dicintai, tidak diperhatikan, dilupakan orang, itu merupakan derita kelaparan yang hebat, kemiskinan yang lebih besar daripada orang yang tak bisa makan. Kita harus saling merasakan hal itu. (Ibu Teresa)
          Kata-kata itu benar-benar ku rasakan, tak adakah yang menyadari hal itu??
          Selalu sendiri mungkin itu sudah menjadi jalan takdir ku.

“semua kan berubah termasuk kau dan aku ,tak ada yang stabil karena kehidupan manusia itu sifatnya dinamis sehingga selalu berubah. jangan terlena dengan masa lalu sebab hanya akan membutakan jalan menuju masa depanmu. hari ini adalah modal untuk masa depanmu maka berjuanglah sepenuh kekuatanmu dan hadirkan kekuatan dahsyat yg ada dalam dirimu hingga kamu bisa menggemparkan dunia.”
          Dan kata-kata dari salah satu teman ku ini mulai menyadarkan ku membuat ku bangkit. Tak peduli mereka berubah, aku kan tetap melangkah. Masih banyak cita-cita yang ingin ku gapai. Masih banyak hal-hal yang bisa ku lakukan. Cita-cita yang dulu ku bayangkan bisa kuraih bersama mereka sekarang itu cita-cita ku sendiri.
          Melupakan “PelangiWara” lanjutkan langkah...............
Read more...

Sabtu, 06 April 2013

Memori Langit Abu - Abu



Siang ini aku pulang lebih awal dari biasanya. Ya, biasanya selalu aku sempatkan buat ngobrol dulu sama teman-teman. Tapi aku memutuskan untuk pulang lebih awal dikarenakan batre Notebook aku siang tadi sudah habis padahal Download-an ku ku belum kelar. Jadi itu alasan ku kenapa aku pulang duluan dari yang lain.
Saat di tengah perjalanan pulang ternyata hujan turun. Tapi tidak terlalu deras sih jadi aku tetap melaju bersama SiRedy menembus hujan. Pengendara lain banyak yang berhenti di beberapa warung untuk berteduh. Tapi aku tetap ngotot untuk terus melaju karana memang aku pikir hajannya ini tidak terlalu lebat dan tidak membuat seragam ku basah kuyup. Padahal walaupun sederas apapun juga aku tidak pernah berhenti sejenak cuman untuk berteduh.

Sesampai dirumah, keadaannya sunyi senyap. Ternyata seisi rumah pada asyik berpetualang di dunia mimpi mereka. Aku langsung masuk kamar, dan mulai memasangkan charger ke notebook aku. Setelah berganti pakain aku lansung me-resume download-an aku tadi. Dan mengambil posisi ternyaman diatas tempat tidur sambil mencari file video yang telah rampung aku download di kampus tadi. Cardcaptor sakura itu lah yang aku Download, anime paforit ku waktu kecil dulu. Tapi sekarang bisa aku tonton lagi berkat kemajuan zaman. Hehe.
Aku mulai menonton kartu tersebut dengan posisi ternyaman ku diatas kasur. Tiba-tiba angin berhembus lumayan kencang membwa hawa dingin kedalam kamar mungil ku. Di kamar ini terdapat dua buah jendela dan satu jendela tempat berada disamping tempat tidurku dan ketika angin tadi berhembus otomatis langsung menerpa tubuh ku. Hembusan angin tersebut membuatku tidak konsen lagi terhadap apa yang ku tooton. Kepala ku tiba-tiba menoleh kearah jendela. Angin masih berhembus, hawa dingin itu masih bisa kurasakan. Langit itu berwarna abu-abu.
Entah kenapa seketika pikiranku melayang. Langit abu-abu dan hembusan angi dengan hawa dingi itu seolah-olah membawaku kealam lain yang membuatku meras damai. Ini bukan pertama kalinya aku merasakan hal yang seperti ini. Setiap langit abu-abu itu ada dan hawa dingi itu berhembus aku selalu merasakan hal itu.
Seolah-oalh membawa aku kemasa lalu yang penuh kebahagian. Angin itu seolah-olah berbicara terhadap ku. Tapi kadang hembusan itu membawaku kemasa penuh dengan rasa sakit. Terkadang aku begitu menyukai langit abu-abu itu, tapi terkadang aku meras benci terhadap langit abu-abu tersebut. Tapi sina gtadi lagit abu-abu dan hawa dinginnya yang menerpa tubuh ku membuatku merasa tenang dan damai. Angin itu seolah bercerita tentang sepasang manusia yang sedang bergandeng tangan dibawah rintik gerimis langit abu-abu. Dan itu membuat ku tersenyum.
Walaupun aku tidak menerti mkasud dari sang angin bercerita hal itu kepada ku. Yang jelas aku tidak pernah mengalami hal tersebut. Dan siapakah yang dimaksud sang angin yang terdapat dalam kisahnya itu. Ataukah itu aku dimasa yang akan datang. Entahlah, tapi cerita yang disampaikan sang angin itu membuatku tersenyum ketika melihat langit abu-abu siiang tadi.
Apa sebernya yang membuatku yang terkadang begitu menyukai langit abu-abu, tapi terkadang justru begitu aku benci. Dan dariman juga cerita-cerita yang dihadirkan sang angin itu, apakah imajinasiku terlalu tinggi. Tapi satu hal yang pasti, entah perasaan itu senang ataupun benci terhadap langit abu-abu, perasaan ini berawal dari masa-masa ku di SMP.
Langit abu-abu selalu mengingatkanku terhadap sosok dia. Sosok yang begitu aku kagumi semasa SMP dulu. Sosok yang dikutuk mengenakan baju biru. Begitulah aku menyebutnya, soalnya cuaca selalu berubah hujan setiap ia mengenakan baju biru itu. Malu rasanya kalau ingat masa-masa itu. Betapa gilanya aku saat itu. Hem... walau hanya sebentar aku bisa mengenal dia, tapi itu sudah lebih dari cukup bagiku. Setidaknya disaat langit abu-abu seperti aku selalu terkenang oleh dia. Dan kebetulan sekali ini bulan April, bulan kelahirannya. Sampai sekarang aku masih bisa mengingat dengan jelas tanggal kelahirannya. Sosok yang dulu selalu menginspirasiku dalam menulis, dan terkadang sampai sekarang pun masih menjadi inspirasi ku.
Percikan gerimis yang semakin lebat dibawa oleh angin masuk kedalm kamar ku, dan menyadarkan ku dari laamunan panjang siang ini. Kulihat kearah notebook ku, ternyata video yang ku tonton sudah habis. Lumayan lama juga ternyata langit abu-abu ini membawaka berjalan kemasa lalu. Ku tarik nafas panjang, kemudian aku beranjak dari posisi nyamanku berdiri didepan jendela. Sekali lagi ku menatap langit abu-abu itu. Dan akupun tersenyum seraya menutup jendela kamar ku ini. Akupun kembali keposisi nyamanku di depan notebook ku dan memutar ulang video yang telah kulewatkan barusan.
Read more...