Dan kami sekarang semakin melonggar, tidak, bukan kami, tapi aku yang melonggarakan diri terhadap mereka. Ketika manisnya persahabatan itu harus dirusak oleh rasa yang seharusnya tak pernah ada. Rasa yang sebenarnya berhak untuk dimiliki semua orang. Kecuali aku.
Perasaan suka terhadap salah satu dari mereka membuatku mulai menjauh. "Kenapa aku mesti menjauh, seharusnya semakin mendekat donk?". Mungkin itu yang kalian pikirkan, tapi kondisi aku beda. Perasaan ini tak pantas untuk dia, perasaan ini seharusnya tak pernah terjadi. Aku tau posisi dia yang sudah tak sendiri itu. Bodohnya aku, kenapa bisa lahirkan perasaan tersebut walau sudah mengetahui kondisi dia yang seperti itu.
Awalnya kami haya bercanda, semester 3 lalu merupakan saat terdekat kita. Bahkan sebuah panggilan khusus kedia dan dia keaku kami ciptakan. Umi dan Abi. ya begitulah panggilan kami, aku memanggil dia dengan sebutan Umi, dan dia pun memangil aku dengan sebutan Abi. kami benar-benar dekat saat itu, bahkan memang terlihat seperti pasangan yang sudah menjadi rahasia umum dikelas. Dari itulah rasa itu benar-benar tumbuh. dan aku sadar itu tak seharusnya. Dan sebelumnya juga pernah menarik diri dari kedekatan dengannya. Sempat beberapa hari kami tidak saling tegur sapa. Entah apa penyebabnya.
Ada kala dimana dia bercerita tentang kekasihnya, awlnya itu merupakan hal yang biasa bagi ku. Persepsiku terhadap cerita tersebut, aku melihat tak ada kebahagiaan yang dia dapat dari kekasihnya, tak ada romantisme, dan tak ada yang spesial. Dari situ muncul pikiran bahwa "aku jauh lebih baik dari pria tersebut". Betapa angkuhnya diriku sampai-sampai muncul pikiran seperti itu. Sekarang, setiap dia bercerita tentang kekasihnya kepada kami, entah mengapa telingaku begitu sakit, entah sakit itu benar-benar datang dari telnga atau justru datang dari hati ku.Yang jelas sekarang aku sanagt membenci topik pembicaraan mengenai kekasihnya tersebut.
Ruapaya perasaaan yang tak seharusnya ada itu terbaca oleh 2 sahabat ku yang lain. di waktu yang berbeda kami pernah membicarakan hal ini. dan intinya mereka sama-sama menyalahkan ku. "Kau sudah tau kalau dia sudah tak sendiri, tapi mengapa kau berani-beraninya memiliki perasaan seperti itu, ayoalah lupakan dia, aku tau kau pasti sakit, tapi aku percaya kau kuat, dan bisa menyelesaikan ini". Itu yang mereka katakan terhadap ku.
aku yang memulai perasaan ini, maka akupun harus bisa menjalani konsekuensinya, yaitu mengalami sakit yang entah sampai kapan harus ku tanggung, dan ku tak yakin akankah ku mampu.
Tuhan, hapuskanlah rasa ini, dan buat persahabatan kami kembali bisa utuh tanpa harus ternodai oleh rasa yang tak seharusnya. kembalikan aku seperti aku yang biasanya. karna aku benar-benar merindukan kebersamaan kami.
0 komentar:
Posting Komentar